Kamis, 29 Januari 2009

Kita Dan Imperialisme Lingkungan

Usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan ini ada yang bersifat individual atau hanya untuk kepentingan pribadi ada pula yang bersifat komunal atau demi kepentingan bersama atau masyarakat.Sayangnya,usaha yang bersifat individual kerapkali menghalalkan segala cara tanpa memikirkan lingkungan sekitarnya.Sikap egois manusia yang tidak pernah puas dalam memenuhi kebutuhan pribadi ini mengganggu keseimbangan antara manusia dengan alam,yang mana intensitas ketergangguan itu semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Manipulasi terhadap lingkungan dapat kita lihat misalnya pada rekayasa genetika melalui bioteknologi yang bertujuan mempercepat munculnya jenis-jenis tumbuhan baru di bidang pertanian yang menggunakan zat-zat kimia dalam prosesnya.Padahal.kodrat alam telah menentukan siklus kelahiran,pertumbuhan,perkembangan,dan kematian pada tanaman dan hewan.Manusia seolah menjadi 'Tuhan baru' bagi lingkungan alamnya,yang menentukan kapan lingkungan itu baik,kapan linkungan itu akan dihancurkan.

Akibat dari ketidak sabaran manusia dalam menunggu proses alami tersebut mengakibatkan dikorbankannya moralitas demi penemuan-penemuan teknologi yang dalam halini digerakkkan oleh imperium kapitalisme atau perusahaan-perusahaan multinasional yang berkibat munculnya monopoli teknologi oleh mereka.Monopoli ini sangat riskan diterapkan terutama di negara-negara berkembang karena berlawanan dengan teknologi tradisional yang telah dikembangkan masyarakat setempat sejak dulu kala.

Semuanya itu bermuara pada keserakahan pasar bebas dan globalisasi yang digerakkkan oleh lembaga-lembaga finansial dan perusahaaan multinasional yang memaksa negara-negara berkembang agar menyetujui dan menerima apapun yang mereka lakukan.Maka,budaya masyaralat,keadilan sosial,moralitas,serta kearifan lokal kana dikorbankan.Negara-negara berkembang seolah tak berdaya di hadapan mereka,bahkan kemudian tak beda jauh seperti boneka dengan memberi proteksi terhadap ekspoitasi sumber daya alam(SDA)yang dilakukan dengan membabi buta itu.

Contoh bioteknologi seperti disebutkan di atas yaitu rekayasa genetika hanya untuk menghasilkan keturunan yang tak direncanakan oleh alam untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan,melainkan hanya dirancang untuk meraih keuntungan besar semata meski cara-cara yang dilakukan melawan alam dan kehidupan itu sendiri.

Dampak yang terjadi pun berimbas pada manusia.Kelompok lingkungan GRAIN mencatat berbagai kasus terjadi akaibat manusia mengkonsumsi produk bioteknologi berupa tanaman pertanian transgenik yang tadinya dinyatakan aman,ternyata menimbulkan masalah kesehatan yang serius,misalnya leukimia.Sementara Greenpeace mealaporkan bahwa ujicoba tanaman transgenik di 18 negara membawa sifat alergi yang membahayakan jika dimakan oleh mereka yang tubuhnya peka terhadap zat-zat kimia.

Rissler dan Mellon,pakar kesehatan dari USA,menyatakan bahwa ada empat kemungkinan resiko akibat mengkonsumsi tanaman transgenik:
1.Tanaman transgenik dapat berubah menjadi gulma yang akan membanjiri lahan dan ekosistem sekelilingnya.
2.Tanaman ini menjadi perantara perpindahan gen-gen baru dalam tanaman liar,dampaknya pada ekosistem sangat merugikan.
3.Menyebarnya virus yang bisa menimbulkan berbagai macam penyakit baru.
4.Masuknya zat-zat beracun yang membawa resiko kesehatan tak hanya bagi manusia,tetapi juga pada makhluk-makhluk lin seperti burung-burung yang berkeliaran di lahan-lahan pertanian.
Seharusnya negara-negara berkembang seperti Indonesia harus berhati-hati dalam menerima bioteknologi dari negara-negara maju dan perushaaan-perusahaan multinasional,sebab akibatnya terlalu merugikan.Padahal hal tersebut hanyalah sebuah bentuk baru imperialisme yang ditujukan untuk memperebutkan pasar di negara-negara berkembang,tanpa mempedulikan akibat yang diderita.

Di sisi lain,bioteknologi yang dibawa tersebut bersifat reduksionis atau memisahkan antara manusia dengan alam,sehingga berakibat pada hancurnya keseimbangan antara keduanya.Sudah saatnya kita menerapkan aturan-aturan tegas demi tetap terjaganya kondisi yang ideal.Sebab,sebelum negara ada,sebelum pemerintah ada,sebelum imperilaisme lingkungan beserta segala tetek bengeknya ada,masyarakat lokal,masyarakat adat telah memiliki kebijakan-kebijakan dalam mengatur keseimbangan antara mereka dengan alam sekitarnya.Sejatinya,merekalah yang lebih mengetahui bagaimana mengelola itu semua secara arif dan proporsional.Jangan biarkan alam dan manusia terus menerus dikorbankan hanya demi keuntungan sesaat yang diburu oleh segelintir orang.(*bamz)

(Diresensi dari buku Ancaman Globalisasi dan Imperialisme Lingkungan,Hira Jhamtani,INSIST Press Yogyakarta)

1 komentar:

  1. Terimakasih telah mengulas buku INSISTPress. Rehal buku ikut ditautkan di: http://insistpress.com/katalog/ancaman-globalisasi-imperialisme-lingkungan/

    BalasHapus